Minggu, 05 Juli 2015

IMUNOMODULATOR


TUTORIAL
IMUNOMODULATOR

PENDAHULUAN
Seiring dengan makin berkembangnya pemahaman mengenai respon imun tubuh dalam menghadapi infeksi maupun penyakit lain, makin berkembang pula penelitian mengenai komponen yang dapat mempengaruhi respon imun tersebut. Adanya pengetahuan mengenai bagaimana sel berkomunikasi (berinteraksi) memungkinkan kita untuk mengembangkan cara memanipulasi jalur komunikasi tersebut.1 Bahan-bahan yang dapat memodulasi sistim imun tubuh dikenal sebagai imunomodulator.
Imunomodulator ini terdiri atas imunostimulator, imunorestorasi, dan imunosupresi. Secara klinis imunomodulator digunakan pada pasien dengan gangguan imunitas, antara lain pada kasus keganasan, HIV/AIDS, malnutrisi, alergi, dan lain-lain.
Saat ini kita mengenal berbagai bahan yang dinyatakan dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang disebut sebagai imunostimulator. Bahan-bahan herbal yang digunakan sebagai imunostimulator antara lain Morinda citrifolia, Centella asiatica, jamur Maitake,
Echinacea dan Phyllanthus sp. Bahan-bahan tersebut dipercaya memiliki berbagai khasiat yang menguntungkan bagi kesehatan. Ekstrak Echinacea dinyatakan memiliki efek stimulasi sistim imun, antiinflamasi dan antiinfeksi, Phyllanthus sp. dipercaya memiliki efek antivirus, antiinflamasi, analgetik dan masih banyak lagi, sedangkan jamur Maitake sejak dahulu dipercaya sebagai bahan makanan yang bernilai gizi sangat tinggi dan dapat mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit. Selain bahan-bahan herbal di atas, terdapat  pula bahan-bahan imunostimulator lain seperti interferon, lamivudin yang telah diakui kegunaannya dan digunakan secara luas dalam pengobatan hepatitis B dan C, infeksi HIV/AIDS.
Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan, produksi dan konsumsi berbagai bahan ini juga meningkat. Saat ini di Indonesia beredar ratusan produk berbahan herbal baik dari dalam maupun luar negeri. Produk-produk tersebut terdaftar sebagai obat tradisional dan suplemen makanan.
Sistim imun dibagi atas dua jenis, yaitu sistim imun kongenital atau nonspesifik dan sistim imun didapat atau adaptive atau spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh oleh sistim imun kongenital bersifat spontan, tidak spesifik, dan tidak berubah baik secara kualitas maupun kuantitas bahkan setelah paparan berulang dengan patogen yang sama. Sedangkan sistim imun didapat muncul setelah proses mengenal oleh limfosit (clonal selection), yang tergantung pada paparan terhadap patogen sebelumnya. Adanya sistim imun kongenital memungkinkan respon imun dini untuk melindungi tubuh selama 4-5 hari, yang merupakan waktu yang diperlukan untuk mengaktivasai limfosit (imunitas didapat). Mekanisme pertahanan tubuh ini dibagi atas 3 fase 4:
1.    Immediate phase, ditandai oleh terdapatnya komponen sistim imun kongenital (makrofag dan neutrofil), yang beraksi langsung terhadap pathogen tanpa diinduksi. Jika mikroorganisme (m.o) memiliki molekul permukaan yang dikenali oleh fagosit (makrofag dan neutrofil) sebagai benda asing, akan diserang atau dihancurkan secara langsung. Bila m.o dikenali sebagai antibodi, maka protein komplemen yang sesuai yang berada diplasma akan berikatan dengan m.o, kompleks ini kemudian dikenal sebagai benda asing oleh fagosit dan kemudian diserang atau dihancurkan.
2.    Acute-phase proteins atau early phase, muncul beberapa jam kemudian, diinduksi, tetapi masih bersifat nonspesifik, timbul bila fagosit gagal mengenal m.o melalui jalur diatas. M.o akan terpapar terhadap acute-phase proteins (APPs) yang diproduksi oleh hepatosit dan kemudian dikenali oleh protein komplemen. Kompleks m.o, APPs, dan protein komplemen kemudian dikenali oleh fagosit dan diserang serta dihancurkan.
3.    Late phase, merupakan respon imun didapat timbul 4 hari setelah infeksi pertama, ditandai oleh clonal selection limfosit spesifik. Pada fase ini dibentuk molekul dan sel efektor pertama.

LEMBAR KERJA
1.    KLARIFIKASI KATA SULIT DAN KATA-KATA KUNCI
KS    : Immunomodulator, Imunosupressive, Alergi, Antigen,   Adjuvan
KK    : Immunomudulator, sistem imun, alergi
2.    KATA/ PROBLEM KUNCI
a.    Sistem imun
b.    Imunomodulator
c.    Imunorestorasi
d.   Imunostimulasi
e.    Imunosupresi
3.    PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
a.    Jelaskan defenisi dari imunomodulator!
b.    Sebutkan penggolonganimunomodulator!
c.    Sebutkan tujuan dan manfaat dari pemberian imunomodulator!
d.   Bagaimanakah bentuk sediaan dan dosis dari imunomodulator?
e.    Bagaimanakah prinsip kerja dari imunomodulator?
f.     Sebutkan defenisi alergi?
g.    Bagaimanakah patofisiologi alergi?
h.    Bagaimana mengetahui tanda dan gejala alergi?
i.      Bagaimana cara mendiagnosa alergi?
j.      Apakah faktor yang menyebabkanalergi?
k.    Bagaimanakah pencegahanalergi?
4.    JAWABAN
a.    Imunodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan. (Gemy Nastiti H.2010: 152)
b.    Penggolongan obat-obat imunodulator, yaitu:
1)   Imunomodulator alamiah(Ginseng,chamomile tea, minuman lemon atau zaitun, ekstrak jamur resihi dan ekstrak daun zaitun
2)   Imunomodulator sintetis
a)    Kortikosteroid (Glukokortikoid)
b)   Penghambat kalsineurin (Siklosporin dan Takrolimus)
c)    Sitotoksik (Azatioprin, mikofenolat mofetil, Siklosfosfamid)
d)   Antibodi (antibodi poliklonal dan monoklonal)
c.    Tujuan dan Manfaat imunomodulator
1)   Tujuan imunomodulator
Untuk meningkatkan fungsi dan aktivitas komponen system imun penderita terutama kearah penyembuhan.
2)   Manfaat imunomodulator
a)    Pertahanan Tubuh
Menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan jika sel imun yang bertugas untuk pertahanan ini mendapatkan gangguan atau tidak bekerja dengan baik, maka orang akan mudah terkena sakit.
b)   Keseimbangan/Fungsi Homeostatik
Menjaga keseimbangan dari komponen tubuh.
c)    Perondaan
Sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuan untuk meronda ke seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami mutasi maka sel peronda tersebut akan membinasakannya.
d.   Bentuk sediaan dan dosis dari imunomodulator
·       Siklosporin
Sediaan intravena dalam bentuk larutan 50 mg/ml, sediaan oral berupa kapsul lunak 25-100 mg.
·       Takrolimus
Sediaan oral untuk dewasa 150-200 mg/kg BB/hari, dosis intravena 25-50 mg/kg BB/hari.
·       Siklofosfamid
Dosis berkisar tablet 25 dan 50 mg larutan injeksi intravena 100 mg/vial
·       Mototreksat
Tablet 2,2 mg
e.    Prinsip kerja dari imunomodulator bekerja dengan cara menstimulasi system pertahanan natural atau adaptif, seperti contohnya mengaktifkan sitokin yang secara alamiah akan membantu tubuh dalam memperbaiki system kekebalan tubuh.
f.     Alergi adalah gangguan yang disebabkan oleh penglepasan IgE dari sel mast T dan basofil yang terpapar antigen (allergen). Gangguan ini meliputi anafilaksis, alergi rhinitis, urtikaria, asma dan dermatitis eksimatous (atopic).
g.    Patofisiologi alergi
                  IgE berikatan dengan permukaan sel mast dan basofil melalui reseptor yang berafinitas tinggi. Ikatan tersebut mengaktifkan sel, kemudian melepaskan dan membentuk mediator-mediator baru meliputi histamine, prostaglandin, leukotriene(termasuk C4, D4,dan E4,yang secara keseluruhan dikenal sebagai slow-reactin substance of anaphylaxis-SRS-A). acyd hydrolases,neutral proteases,reteoglicans,dan cytokines.mediator-mediator tersebut menimbulkan kondisi patofisiologi yang terkait dengan hipersensitivitas seperti vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, kontraksi otot polos, kemotaksis yang menarik neutrophil dan sel-sel penyebab inflamasi lainnya.
h.    Tanda dan Gejala Alergi
1
Sistem Pernapasan
Batuk, pilek, bersin, sesak(astma), napas pendek, wheezing, banyak lendir di saluran napas atas (mucus bronchial) , rattling dan vibration dada.
2
Sistem Pembuluh Darah dan jantung
Palpitasi (berdebar-debar), flushing (muka ke merahan), nyeri dada, pingsan, tekanan darah rendah, denyut jantung meningkat, skipped beats, hot flashes, pallor; tangan hangat, kedinginan, kesemutan, redness or blueness of hands; pseudo-heart attack pain (nyeri dada mirip sertangan jantung); nyeri dada depan, tangan kiri, bahu, leher, rahang hingga menjalar di pergelangan tangan. Vaskulitis (sering lebam kebiruan seperti bekas terbentur padahal bukan terbentur pada daerah lengan atas dan lengan bawah)
3
Sistem Pencernaan
Nyeri perut, sering diare, kembung, muntah, sulit berak (konstippasi), sering buang angin (flatus), mulut berbau, kelaparan, haus, saliva meningkat, canker sores, sariawan, metallic taste in mouth, stinging tongue, nyeri gigi, burping (glegekan/sendawa), retasting foods, ulcer symptoms, nyeri ulu hati, indigestion, mual, muntah, perut terasa penuh, gangguan mengunyah dan menelan, perut keroncongan, spastic colitis, “emotional colitis,” kolik kandung empedu gall bladder colic, cramps, diare (mudah buang air besar cair dan sering), sering buang angin dan besar-besar dan panjang, timbul lendir atau darah dari rektum, anus gatal atau panas.
4
Kulit
Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru (seperti bekas terbentur) bekas hitam seperti digigit nyamuk. Kulit kaki dan tangan kering tapi wajah berminyak.Sering berkeringat.
5
Telinga Hidung Tenggorokan
Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis, tidur mendengkur, mendengus Tenggorok : tenggorokan nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara parau/serak, batuk pendek (berdehem), Telinga : telinga terasa penuh/ bergemuruh / berdenging, telinga bagian dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan pendengaran hilang timbul, terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan. Pembesaran kelenjar di sekitar leher dan kepala belakang bawah
6
Sistem Saluran Kemih dan kelamin
Sering kencing, nyeri kencing; tidak bisa mengontrol kandung kemih, bedwetting; vaginal discharge; genitalia gatal/bengkak/kemerahan/nyeri; nyeri bila berhubungan kelamin
7
Sistem Susunan Saraf Pusat
Sering sakit kepala, migrain, short lost memory (lupa nama orang, barang sesaat), floating (melayang), kepala terasa penuh atau membesar. Perilaku : Therapy terapi: impulsif, sering Marah, buruknya perubahan suasana hati (gangguan mood), kompulsif mengantuk, mengantuk, pusing, bingung, pusing, ketidakseimbangan, jalannya sempoyongan, lambat, lambat, membosankan, kurang konsentrasi, depresi, menangis, tegang, marah, mudah tersinggung, cemas, panik, dirangsang, agresif, overaktif, ketakutan, gelisah, manik, hiperaktif dengan ketidakmampuan belajar, gelisah, kejang, kepala terasa penuh atau membesar, sensasi melayang,  gangguan memori jangka pendek (short memory losy), salah membaca atau membaca tanpa pemahaman, variasi ektrim dalam tulisan tangan, halusinasi, delusi, paranoia, Bicara Gagap, claustrophobia, kelumpuhan, negara katatonik, disfungsi persepsi, gejala khas keterbelakangan mental impulsif. Sensitive dan mudah marah, impulsif (bila tertawa atau bicara berlebihan), overaktif, deperesi, terasa kesepian merasa seperti terpisah dari orang lain, kadang lupa nomor, huruf dan nama sesaat, lemas (flu like symtomp)
8
Sistem Hormonal
Kulit berminyak (atas leher), kulit kering (bawah leher), endometriosis, Premenstrual Syndrome, kemampuan sex menurun, Chronic Fatique Symptom (sering lemas), Gampang marah, Mood swing, sering terasa kesepian, rambut rontok. Keputihan, jerawat
9
Jaringan otot dan tulang
Nyeri tulang, nyeri otot, nyeri sendi: Fatigue, kelemahan otot, nyeri, bengkak, kemerahan local pada sendi; stiffness, joint deformity; arthritis soreness, nyeri dada, otot bahu tegang, otot leher tegang, spastic umum, , limping gait, gerak terbatas
10
Gigi dan mulut
Nyeri gigi atau gusi tanpa adanya infeksi pada gigi (biasanya berlangsung dalam 3 atau 7 hari). Gusi sering berdarah. Sering sariawan. Diujung mulut, mulut dan bibir sering kering, sindrom oral dermatitis.Geraham belakang nyeri sering dianggap sebagai Tooth Impacted (tumbuh gigi miring)
11
Mata
nyeri di dalam atau samping mata, mata berair,sekresi air mata berlebihan, warna tampak lebih terang, kemerahan dan edema palpebra, Kadang mata kabur, diplopia, kadang kehilangan kemampuan visus sementara, hordeolum (bintitan).
i.      Diagnosa Alergi
               Setiap reaksi alergi dipicu oleh suatu alergen tertentu, karena itu tujuan utama dari diagnosis adalah mengenali alergen. Alergen bisa berupa tumbuhan musim tertentu (misalnya serbuk rumput atau rumput liar) atau bahan tertentu (misalnya bulu kucing, obat atau makanan). Jika bersentuhan dengan kulit atau masuk ke dalam mata, terhirup, termakan atau disuntikkan, alergen bisa menyebabkan reaksi alergi
               Pemeriksaan bisa membantu menentukan apakah gejalanya berhubungan dengan alergi dan menentukan alergen penyebabnya. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan banyak eosinofil (sejenis sel darah putih yang seringkali meningkat selama terjadinya reaksi alergi). Tes RAS (radioallergosorbent) dilakukan untuk mengukur kadar antibodi IgE dalam darah yang spesifik untuk alergen individual. Hal ini bisa membantu mendiagnosis reaksi alerki kulit, rinitis alergika musiman atau asma alergika.
   Tes kulit sangat bermanfaat untuk menentukan alergen penyebab terjadinya reaksi alergi. Larutan encer yang terbuat dari saripati pohon, rumput, rumput liar, serbuk tanaman, debu, bulu binatang, racun serangga, makanan dan beberapa jenis obat secara terpisah disuntikkan pada kulit dalam jumlah yang sangat kecil. Jika terdapat alergi terhadap satu atau beberapa bahan tersebut, maka pada tempat penyuntikkan akan terbentuk bentol (pembengkakan seperti kaligata yang sekelilingnya merah) dalam waktu 15-20menit.
               Jika tes kulit tidak dapat dilakukan atau keamanannya diragukan, maka bisa digunakan tes RAS. Kedua tes ini sangat spesifik dan akurat, tetapi tes kulit biasanya sedikit lebih akurat dan lebih murah serta hasilnya bisa diperoleh dengan segera.
j.      Faktor yang menyebabkan alergi, yaitu:
1)      Keturunan
Apabila orang tua memiliki alergi terhadap sesuatu maka berhati-hatilah karena anda memilki 60% resiko untuk mewarisi penyakit alergi kulit tersebut.
2)      Fisik
Akibat kelelahan menjadi salah satu akibat munculnya alergi.
3)      Makanan
Alergi terhadap suatu makanan seringkali terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.
4)      Lingkungan sekitar
Faktor lingkungan dapat mengakibatkan alergi terhadap anda yang mudah terkena alergi. Seseorang dapat mengalami alergi yang ada di sekitar lingkungan seperti debu, bau cat yang masih basah, asap rokok orang-orang sekitar anda, asap kendaraan.
5)      Cuaca ekstrim
6)      Spikis (stress)
k.    Pencegahan alergi, yaitu:
·      Jagalah kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun diluar rumah. Hal ini termasuk tidak menumpuk banyak barang di dalam rumah ataupun kamar tidur yang dapat menjadi sarang bertumpuknya debu sebagai rangsangan timbulnya reaksi alergi.Usahakan jangan memelihara binatang di dalam rumah ataupun meletakkan kandang hewan peliharaan di sekitar rumah anda.
·       Kebersihan diri juga harus diperhatikan, untuk menghindari tertumpuknya daki yang dapat pula menjadi sumber rangsangan terjadinya reaksi alergi.Untuk mandi, haruslah menggunakan air hangat seumur hidup, dan usahakan mandi sore sebelum PK.17.00′. Sabun dan shampoo yang digunakan sebaiknya adalah sabun dan shampoo untuk bayi.Dilarang menggunakan cat rambut.
·       Jangan menggunakan pewangi ruangan ataupun parfum, obat-obat anti nyamuk. Jika di rumah anda terdapat banyak nyamuk, gunakanlah raket anti nyamuk.
·       Gunakan kasur atau bantal dari bahan busa, bukan kapuk.
·       Gunakan sprei dari bahan katun dan cucilah minimal seminggu sekali dengan air hangat akan efektif.
·       Hindari menggunakan pakaian dari bahan wool, gunakanlah pakaian dari bahan katun.
·       Pendingin udara (AC) dapat digunakan, tetapi tidak boleh terlalu dingin dan tidak boleh lebih dari PK.24.00′
·       Awasi setiap makanan atau minuman maupun obat-obatan yang menimbulkan reaksi alergi. Hindarilah bahan manakan, minuman, maupun obat-obatan tersebut. Anda harus mematuhi aturan diet alergi anda.
·       Temui ahli. Konsultasikan dengan spesialis. Alergi yang muncul membutuhkan perawatan yang berbeda-beda pada masing-masing penderita alergi. Mintalah dokter anda untuk melakukan imunoterapi untuk menurunkan kepekaan anda terhadap bahan-bahan pemicu reaksi alergi, misalnya: dengan melakukan suntikan menggunakan ekstrak debu rumah atau dengan melakukan imunisasi Baccillus Calmette Guirine (BCG) minimal sebanyak 3 kali (1 kali sebulan) berturut-turut.

5.    TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
a.    Untuk mengetahui defenisi dari imunomodulator
b.    Untuk mengetahui penggolongan imunomodulator
c.    Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari pemberian imunomodulator
d.   Untuk mengetahui bentuk sediaan dan dosis dari imunomodulator
e.    Bagaimanakah prinsip kerja dari imunomodulator
f.     Untuk mengetahui defenisi alergi
g.    Untuk mengetahui patofisiologi alergi
h.    Untuk mengetahui tanda dan gejala alergi
i.      Untuk mengetahui cara mendiagnosa alergi
j.      Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan alergi
k.    Untuk mengetahui pencegahan alergi
6.    INFORMASI TAMBAHAN (Problem tree)




7.    KLARIFIKASI INFROMASI
a.    Imunitas, sistem imun, dan reaksi imun.
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut dengan sistem imun dan reaksi yang dikoordinasi sel-sel dan molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun.
b.    Fungsi sistem imun
Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Beberapa fungsi sistem imun adalah :
1.    Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit;  menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme  atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
2.    Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak  (debris sel) untuk perbaikan jaringan.
3.    Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
c.    Pembagian Pertahanan Imun
Pertahanan imun terdiri dari sistem imun alamiah atau nonspesifik (native/innate) dan didapat atau spesifik (acquired/adaptive). Mekanisme fisiologik imunitas nonspesifik berupa komponen normal tubuh yang selalu ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah mikroba masuk ke tubuh dan dengan cepat menyingkirkan mikroba tersebut. Jumlahnya dapat ditingkatkan oleh infeksi, misalnya jumlah sel darah putih meningkat selama fase akut pada banyak macam penyakit. Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Sistem ini merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respon langsung. Sistem imun nonspesifik terdiri atas pertahan fisik / mekanik yaitu kulit, selaput lendir, silia saluran nafas, batuk dan bersin. Selain pertahanan fisik juga terdapat pertahanan biokimia termasuk lisozim, sekresi sebaseus, asam lambung, laktoferin, asam neuraminik. Kemudian pertahanan humoral (komplemen,interferon dan CRP) serta pertahan seluler (fagositosis, sel NK, sel mast dan basofil).
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali muncul dalam badan segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitisasi sel-sel imun tersebut. Benda asing yang sama bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan olehnya. Oleh karena itu sistem ini hanya dapat menyingkirkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem itu disebut spesifik. Sistem imun spesifik dibagi dua kelompok yaitu sistem imun humoral, sel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba ekstraseluler dan sistem imun seluler dimana sel T akan mengaktifkan mikroba atau mengaktifkan sel Tc (Tcytotoxic) untuk membunuh sel yang terinfeksi.
d.   Gangguan Sistem imu
Terdapat beberapa gangguan dalam sistem imun, antara lai adalah :
1)   Lack of response (imunodefisiensi) contoh: AIDS, leukemia
2)   Incorrect response (peny. autoimun) contoh: DM tipe I, miastenia gravis, multiple sclerosis;penyakit Graves.
3)   Overactive response (alergi/ hipersensitivitas) contoh: asma, rhinitis allergic, rx transfusi
Gangguan dari sistem imun tersebut menyebabkan, makin berkembangnya pengetahuan tentang respon imun tubuh dalam menghadapi infeksi maupun penyakit lain. Sehingga makin berkembang pula penelitian mengenai komponen yang dapat mempengaruhi respon imun tersebut. Salah satu contohnya adalah imunomodulator.
e.    Imunomodulator dan pembagiannya
Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan. Imunodulator adalah senyawa / zat yang membantu memodulasi / meregulasi sistim imun. Regulasi adalahproses menormalkan/mengoptimalkan (sistim imun).
Obat yang meregulasi sistem imun, bekerja menurut 3 (tiga) cara, yaitu Imunorestorasi (mengembalikan), meningkatkan (imunostimulan), dan menekan (imunosupresan).
1)   Imunorestorasi
Ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun, seperti: immunoglobulin dalam bentuk Immune Serum Globulin (ISG), Hyperimmune Serum Globulin (HSG), plasma, plasmapheresis, leukopheresis, transplantasi sumsum tulang, hati dan timus.
ISG dan HSG diberikan untuk memperbaiki fungsi sistem imun pada penderita dengan defisiensi imun humoral, baik primer maupun sekunder. ISG dapat diberikan secara intravena dengan aman. Defisiensi imunoglobulin sekunder dapat terjadi bila tubuh kehilangan Ig dalam jumlah besar, misalnya pada sindrom nefrotik, limfangiektasi intestinal, dermatitis eksfoliatif dan luka bakar.
Infus plasma segar telah diberikan sejak tahun 1960 dalam usaha memperbaiki sistem imun. Keuntungan pemberian plasma adalah semua jenis imunoglobulin dapat diberikan dalam jumlah besar tanpa menimbulkan rasa sakit.
Plasmapheresis (pemisahan sel darah dari plasma) digunakan untuk memisahkan plasma yang mengandung banyak antibodi yang merusak jaringan atau sel, seperti pada penyakit: miastenia gravis, sindroma goodpasture dan anemia hemolitik autoimun.
Pemisahan leukosit secara selektif dari penderita telah dilakukan dalam usaha terapi artritis reumatoid yang tidak baik dengan cara-cara yang sudah ada.
2)   Imunostimulasi
Imunostimulasi yang disebut juga imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang merangsang sistem tersebut. Biological Response Modifier (BRM) adalah bahan-bahan yang dapat merubah respons imun, biasanya meningkatkan. Bahan yang disebut imunostimulator itu dapat dibagi sebagai berikut :
a)    Hormon Thymus
Sel epitel timus memproduksi beberapa jenis homon yang berfungsi dalam pematangan sel T dan modulasi fungsi sel T yang sudah matang. Ada 4 jenis hormon timus, yaitu timosin alfa, timolin, timopoietin dan faktor humoral timus. Semuanya berfungsi untuk memperbaiki gangguan fungsi imun (imunostimulasi non-spesifik) pada usia lanjut, kanker, autoimunitas dan pada defek sistem imun (imunosupresi) akibat pengobatan. Pemberian bahan-bahan tersebut jelas menunjukkan peningkatan jumlah, fungsi dan reseptor sel T dan beberapa aspek imunitas seluler. Efek sampingnya berupa reaksi alergi lokal atau sistemik.
b)   Limfokin
Disebut juga interleukin atau sitokin yang diproduksi oleh limfosit yang diaktifkan. Contohnya ialah Macrophage Activating Factor (MAF), Macrophage Growth Factor (MGF), T-cell Growth Factor atau Interleukin-2 (IL-2), Colony Stimulating Factor (CSF) dan interferon gama (IFN-γ). Gangguan sintetis IL-2 ditemukan pada kanker, penderita AIDS, usia lanjut dan autoimunitas.
c)    Interferon
Ada tiga jenis interferon yaitu alfa, beta dan gama. INF-α dibentuk oleh leukosit, INF-β dibentuk oleh sel fibroblas yang bukan limfosit dan IFN-γ dibentuk oleh sel T yang diaktifkan. Semua interferon dapat menghambat replikasi virus DNA dan RNA, sel normal dan sel ganas serta memodulasi sistem imun.
d)   Antibodi monoklonal
Diperoleh dari fusi dua sel yaitu sel yang dapat membentuk antibodi dan sel yang dapat hidup terus menerus dalam biakan sehingga antibodi tersebut dapat dihasilkan dalam jumlah yang besar. Antibodi tersebut dapat mengikat komplemen, membunuh sel tumor manusia dan tikus in vivo.
e)    Transfer factor / ekstrak leukosit
Ekstrak leukosit seperti Dialysed Leucocyte Extract dan Transfer Factor (TF) telah digunakan dalam imunoterapi. Imunostimulasi yang diperlihatkan oleh TF yang spesifik asal leukosit terlihat pada penyakit seperti candidiasis mukokutan kronik, koksidiomikosis, lepra lepromatosa, tuberkulosis, dan vaksinia gangrenosa.
f)    Lymphokin-Activated Killer (LAK) cells
Adalah sel T sitotoksik singeneik yang ditimbulkan in vitro dengan menambahkan sitokin seperti IL-2 ke sel-sel seseorang yag kemudian diinfuskan kembali. Prosedur ini merupakan imunoterapi terhadap keganasan.
g)   Bahan Asal Bakteri
-       BCG (Bacillus Calmette Guerin), memperbaiki produksi limfokin dan mengaktifkan sel NK dan telah dicoba pada penanggulangan keganasan (imuno-stimulan non-spesifik).
-       Corynebacterium parvum (C. parvum), digunakan sebagai imunostimulasi non-spesifik pada keganasan.
-       Klebsiella dan Brucella, diduga memiliki efek yang sama dengan BCG.
-       Bordetella pertusis, memproduksi Lymphocytosis Promoting Factor (LPF) yang merupakan mitogen untuk sel T dan imunostimulan.
-       Endotoksin, dapat merangsang proliferasi sel B dan sel T serta mengaktifkan makrofag.
h)   Bahan asal jamur
Berbagai bahan telah dihasilkan dari jamur seperti lentinan, krestin dan schizophyllan. Bahan-bahan tersebut merupakan polisakarida dalam bentuk beta-glukan yang dapat meningkatkan fungsi makrofag dan telah banyak digunakan dalam pengobatan kanker sebagai imunostimulan non-spesifik.5 Penelitian terbaru menemukan jamur Maitake (Grifola frondosa) yang mengandung beta-glukan yang lebih poten sebagai imunostimulan pada pasien dengan HIV-AIDS, keganasan, hipertensi dan kerusakan hati (liver ailments).

8.  MIND MAPPING


 

















9.  DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Gemmy Nastity. 2010. Imunodulator. UIN Alauddin Makassar. pdf
J Peny Dalam, 2007. Chronic Hepatitis B And C Case With Mutation Of Gene P53 Codone 249 In The Liver Tissue Volume 8 Nomor 2. Pdf
Pangkalan ide. 2008. Dark chocolate healing. Jakarta : PT Elex Media .
Rino A Gani, Dr, SpPD-KGEH Divisi Hepatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo. Pdf
Anonim.2007.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapi , Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 757-766.
Mohamed Labib Salem.2005.Review: Immunomodulatory and therapeutic properties of the Nigella sativa L. seed. International Immunopharmacology 5 (2005) 1749–1770
Swamy S.M.K  dan  B.K.H. Tan. 2000.Immunomodulatory and therapeutic properties of the Nigella sativa L. seed. Journal of Ethnopharmacology 70 (2000) 1–7
Widianto B Matildha. 1987. Immnomodulator. Jurusan Farmasi Institute Teknologi Bandung. Majalah Cermin Dunia Kedokteran. Halaman 44-46
Varalakshmi Ch,et al. 2008. Immunomodulatory effects of curcumin: In-vivo. International Immunopharmacology (2008) 8, 688–700.
Charul., Praptiwi. 2012.  Uji Efektivitas ImunomodulatorTiga Jenis Zingiberaceae Secara In-Vitromelalui Pengukuran Aktivitas Sel Makrofage dan Kapasitas Fagositosis. Jurnal Pusat Biologi LIPI, 2012.
Fraudenstein, J., Teuscher, E., Lindequst, U., Bodinet, C. 2002. Effect Of An Orally Applied Herbal Immunomodulator On Cytokine Induction And Antibody Response In Normal And Immunosuppressed Mice. Phytomedicine. Volume 9, Nomor 7.
Hadisaputro, S. 2001. Managemen Penyakit Infeksi Perkembangan Baru Antibiotika dan Imunostimulan. Simposium Mini Managemen Infeksi. Semarang, 10 Maret 2001.
Heinrich, Michael., 2009.Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta. EGC.
James B. Hudson, 2012, Applications of the Phytomedicine Echinacea purpurea (Purple Coneflower) In Infectious Diseases. Journal Of Biomedicine and Biotechnology Volume 16, 2012.
Roy, Anitha., R.V. Geetha., T, Lakshmi. 2012. A Review On Nature’s Immune Booster. Review Artikel. Volume 13, Nomor1, March – April 2012.
Zhong, Xiuhui., Wang, Men., MA, Aituan., Niu, Xiaoei., Shi, Wahyu. 2009. Effects Of Echinaceapurpurea Extract On The Immunological Response To Infectious Bursal Disease Vaccine In Broilers. Research Article. Volume 3, Nomor 4

ROLE PLAY
Pasien                     : Assalamualaikum, Selamat Siang
Farmasis                 : Walaikum salam, silahkan masuk Pak, ada yang bisa saya
  bantu?
Pasien                     : Begini Pak, saya punya masalah mengenai gatal di daerah
  tangan saya seperti ini. (sambil memperlihatkan tangan)
Farmasis                 : ApakahBapak sudah memperiksakannya ke dokter?
Pasien                     : belum pak, saya kemari mau konsultasi masalah
  pengobatannya karena saya pikir akan membaik sendiri
  namun 2 hari ini tidak ada perubahan dan saya rasa belum
  belum merasa perlu ke dokter.
Farmasis                 : kalau boleh saya tau, apakah Bapak alergi sesuatu?
Pasien                     : saya rasa tidak, tapi 3 hari yang lalu, saat saya melakukan
  perjalanan dinas saya mengkonsumsi kepiting saus tiram
  saat jamuan makan.
Farmasis                             : terus apakah itu saja Pak?
Pasien                                 : Saat saya naik kendaraan saya meminum antimo karena
  saya adalah orang yang sering mabok perjalanan.
Farmasis                 : oh, baiklah Pak. Kalau boleh saya sarankan anda perlu untuk meminum obat ini (sambil memperlihatkan Cetirizine)
Pasien                     : Kalau saya boleh tahu, ini obat apa?
Farmasis                             : oh, ini obat alergi. Ini dapat menyembuhkan alergi atau
  ruam di tangan anda. Karena ini bisa saja disebabkan oleh
  alergi makanan, terutama makanan laut yang berprotein
  tinggi seperti kepiting.
Pasien                                 : Bagaimana cara meminum obat ini?
Farmasis                 : caranya yaitu, dengan dosis 1 kali sehari sebelum makan
  sekitar siang dan malam. Tetapi bapak tidak boleh
  membawa kendaraan saat setelah meminum obat ini,
  dikarenakan obat ini dapat menyebabkan rasa kantuk.
Pasien                                 : bagaimana kalau saya akan melakukan perjalanan dinas
  lagi?
Farmasis                 : Bapak tetap boleh meminum antimo, tetapi obat ini
  diminum sekitar 5 jam setelah bapak meminum antimo.
  Tapi setelah ruam di kulit Bapak telah sembuh, Bapak
  harus menghentikan penggunaan obat ini. Dan jika masih
  terjadi ruam, saya sarankan untuk segera ke dokter
  mengkonsultasikan penyakitr anda.
Pasien                     : Terima Kasih atas bantuan bapak. Ini pembayaran
  obatnya.
Farmasis                             : Baik, sama-sama Pak senang bisa membantu.
Pasien                                 : Wassalamu’ Aalaikum.
Farmasis                 : Wa’alaikum Salam…


KASUS
Bapak Reno umur 28 tahun mengeluhkan timbulnya rash pada kulit dibeberapa tempat dan rasa gatal yang tidak sembuh jika digaruk. Karena pasien belum perlu ke dokter maka dia kemudian memutuskan untuk berkonsultasi mengenai hal ini di apotek. Dari hasil wawancara singkat antara Farmasis dan pasien diketahui bahwa pasien sebelumnya mengkonsumsi kepiting saus tiram pada acara jamuan. Beliau akan bepergian ke luar kota dan baru saja mengkonsumsi antimo sebelum naik kendaraan sebagai rekomendasi. Kemudian, pasien diberi Cetirizine 10 mg 1x1 sebagai obat dari rasa gatal yang diderita.

1.    Klarifikasi Kata Sulit dan Kata Kunci
·      Rash adalah ruam pada kulit yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah di kulit.
2.    Kata/ Problem Kunci
·      Rash pada kulit
·      Rasa gatal
·      Kepiting saus tiram
3. Pertanyaan-Pertanyaan Penting
1.      Apa-apa saja yang menjadi gambaran klinis bahwa pasien menderita alergi?
2.      Bagaimana patofisiologi dari alergi?
3.      Bagaimana cara penatalaksanaan alergi?
4.    Jawaban
1.      Gambaran klinis
·      Timbulnya rush (ruam) pada kulit
·      Rasa gatal yang tidak sembuh jika digaruk
·      Sebelumnya mengkonsumsi kepiting saus tiram
2.        Patofisiologi alergi
IgE berikatan dengan permukaan sel mast dan basofil melalui reseptor yang berafinitas tinggi. Ikatan tersebut mengaktifkan sel, kemudian melepaskan dan membentuk mediator-mediator baru meliputi histamine, prostaglandin, leukotriene(termasuk C4, D4,dan E4,yang secara keseluruhan dikenal sebagai slow-reactin substance of anaphylaxis-SRS-A). acyd hydrolases,neutral proteases,reteoglicans,dan cytokines.mediator-mediator tersebut menimbulkan kondisi patofisiologi yang terkait dengan hipersensitivitas seperti vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, kontraksi otot polos, kemotaksis yang menarik neutrophil dan sel-sel penyebab inflamasi lainnya.
3.    Penatalaksanaan
·      Obat-obatan
Antihistamin dapat dipakai Chlortrimetan 2-4 mg/hari atau antihistamin lain.
Obat-obatan golongan adrenergik/ epinephrine 1/1000 0,3 cc/ subkutan : bila timbul reaksi anafilaktik.
Dapat diberi kortikosteroid, prednisone 5 mg 3x1-2 tablet/ hari, kemudian dosis diturunkan.

5.  Tujuan Pembelajaran Selanjutnya
a.    Untuk mengetahui gambaran klinis alergi
b.    Untuk mengetahui patofisiologi dari alergi
c.    Untuk mengetahui penatalaksanaan alergi

6.  Informasi Tambahan
Penggunaan obat sudah rasional karena Cetirizine merupakan golongan antihistamin 1 generasi baru yng efektivitasnya sebanding dengan generasi lama serta efek mengantuknya lebih ringan dan juga obat ini tidak memiliki interaksi dengan Antimo (Dimenhidrat).

7.  Klarifikasi Informasi
R/
     Cetirizine 10 mg 1x1 hari
8.  Analisa dan Sintesis Informasi
Ada beberapa laporan terjadinya efek samping ringan dan sementara, misalnya:
a.    Kekeringan pada mulut, hidung dan tenggorokan
b.    Pusing
c.    Penglihatan kabur
d.   Mimpi buruk
e.    Sakit perut
f.     Penelitian dengan ukuran objektif tidak menunjukkan adanya pada fungsi kognitif, kinerja motoric atau mengantuk. Walaupun demikian, adanya efek terhadap system syaraf pusat telah diamati pada beberapa individu penderita, karenanya  hati-hati bila mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin.







2 komentar:

  1. Terimakasih untuk artikelnya, sangat informatif... Semoga sidang saya lancar, amiin. Sekali lagi terimakasih

    BalasHapus
  2. Mantap penjelasan tentang imunomodulatornya. Sangat suka di bagian mindmapnya. Keren banget. Oh iya, stimuno juga merupakan imunomudulator yang memperbaiki sistem imun tubuh.

    BalasHapus