TUTORIAL
IMUNOMODULATOR
PENDAHULUAN
Seiring
dengan makin berkembangnya pemahaman mengenai respon imun tubuh dalam
menghadapi infeksi maupun penyakit lain, makin berkembang pula penelitian
mengenai komponen yang dapat mempengaruhi respon imun tersebut. Adanya
pengetahuan mengenai bagaimana sel berkomunikasi (berinteraksi) memungkinkan kita
untuk mengembangkan cara memanipulasi jalur komunikasi tersebut.1 Bahan-bahan
yang dapat memodulasi sistim imun tubuh dikenal sebagai imunomodulator.
Imunomodulator
ini terdiri atas imunostimulator, imunorestorasi, dan imunosupresi. Secara
klinis imunomodulator digunakan pada pasien dengan gangguan imunitas, antara
lain pada kasus keganasan, HIV/AIDS, malnutrisi, alergi, dan lain-lain.
Saat
ini kita mengenal berbagai bahan yang dinyatakan dapat meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit yang disebut sebagai imunostimulator. Bahan-bahan
herbal yang digunakan sebagai imunostimulator antara lain Morinda citrifolia,
Centella asiatica, jamur Maitake,
Echinacea
dan Phyllanthus sp. Bahan-bahan tersebut dipercaya memiliki berbagai khasiat
yang menguntungkan bagi kesehatan. Ekstrak Echinacea dinyatakan memiliki efek
stimulasi sistim imun, antiinflamasi dan antiinfeksi, Phyllanthus sp. dipercaya
memiliki efek antivirus, antiinflamasi, analgetik dan masih banyak lagi,
sedangkan jamur Maitake sejak dahulu dipercaya sebagai bahan makanan yang
bernilai gizi sangat tinggi dan dapat mencegah dan menyembuhkan berbagai
penyakit. Selain bahan-bahan herbal di atas, terdapat pula bahan-bahan imunostimulator lain seperti
interferon, lamivudin yang telah diakui kegunaannya dan digunakan secara luas
dalam pengobatan hepatitis B dan C, infeksi HIV/AIDS.
Sejalan
dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan,
produksi dan konsumsi berbagai bahan ini juga meningkat. Saat ini di Indonesia
beredar ratusan produk berbahan herbal baik dari dalam maupun luar negeri.
Produk-produk tersebut terdaftar sebagai obat tradisional dan suplemen makanan.
Sistim
imun dibagi atas dua jenis, yaitu sistim imun kongenital atau nonspesifik dan
sistim imun didapat atau adaptive atau spesifik. Mekanisme pertahanan
tubuh oleh sistim imun kongenital bersifat spontan, tidak spesifik, dan tidak
berubah baik secara kualitas maupun kuantitas bahkan setelah paparan berulang
dengan patogen yang sama. Sedangkan sistim imun didapat muncul setelah proses
mengenal oleh limfosit (clonal selection), yang tergantung pada paparan
terhadap patogen sebelumnya. Adanya sistim imun kongenital memungkinkan respon
imun dini untuk melindungi tubuh selama 4-5 hari, yang merupakan waktu yang
diperlukan untuk mengaktivasai limfosit (imunitas didapat). Mekanisme
pertahanan tubuh ini dibagi atas 3 fase 4:
1.
Immediate
phase, ditandai
oleh terdapatnya komponen sistim imun kongenital (makrofag dan neutrofil), yang
beraksi langsung terhadap pathogen tanpa diinduksi. Jika mikroorganisme (m.o)
memiliki molekul permukaan yang dikenali oleh fagosit (makrofag dan neutrofil)
sebagai benda asing, akan diserang atau dihancurkan secara langsung. Bila m.o
dikenali sebagai antibodi, maka protein komplemen yang sesuai yang berada
diplasma akan berikatan dengan m.o, kompleks ini kemudian dikenal sebagai benda
asing oleh fagosit dan kemudian diserang atau dihancurkan.
2.
Acute-phase
proteins atau early
phase, muncul beberapa jam kemudian, diinduksi, tetapi masih bersifat
nonspesifik, timbul bila fagosit gagal mengenal m.o melalui jalur diatas. M.o
akan terpapar terhadap acute-phase proteins (APPs) yang diproduksi oleh
hepatosit dan kemudian dikenali oleh protein komplemen. Kompleks m.o, APPs, dan
protein komplemen kemudian dikenali oleh fagosit dan diserang serta
dihancurkan.
3.
Late
phase, merupakan
respon imun didapat timbul 4 hari setelah infeksi pertama, ditandai oleh clonal
selection limfosit spesifik. Pada fase ini dibentuk molekul dan sel efektor
pertama.
LEMBAR KERJA
1. KLARIFIKASI
KATA SULIT DAN KATA-KATA KUNCI
KS : Immunomodulator, Imunosupressive, Alergi, Antigen, Adjuvan
KK : Immunomudulator, sistem imun, alergi
2.
KATA/ PROBLEM KUNCI
a.
Sistem
imun
b.
Imunomodulator
c.
Imunorestorasi
d.
Imunostimulasi
e.
Imunosupresi
3.
PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
a. Jelaskan defenisi dari imunomodulator!
b. Sebutkan penggolonganimunomodulator!
c. Sebutkan tujuan dan manfaat dari
pemberian imunomodulator!
d. Bagaimanakah bentuk sediaan dan
dosis dari imunomodulator?
e. Bagaimanakah prinsip kerja dari
imunomodulator?
f. Sebutkan defenisi alergi?
g. Bagaimanakah patofisiologi alergi?
h. Bagaimana mengetahui tanda dan
gejala alergi?
i. Bagaimana cara mendiagnosa alergi?
j. Apakah faktor yang menyebabkanalergi?
k. Bagaimanakah pencegahanalergi?
4.
JAWABAN
a.
Imunodulator
adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya
terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan. (Gemy Nastiti H.2010:
152)
b.
Penggolongan
obat-obat imunodulator, yaitu:
1)
Imunomodulator
alamiah(Ginseng,chamomile tea, minuman lemon atau zaitun, ekstrak jamur resihi
dan ekstrak daun zaitun
2)
Imunomodulator
sintetis
a)
Kortikosteroid
(Glukokortikoid)
b)
Penghambat
kalsineurin (Siklosporin dan Takrolimus)
c)
Sitotoksik
(Azatioprin, mikofenolat mofetil, Siklosfosfamid)
d)
Antibodi
(antibodi poliklonal dan monoklonal)
c.
Tujuan
dan Manfaat imunomodulator
1)
Tujuan
imunomodulator
Untuk meningkatkan
fungsi dan aktivitas komponen system imun penderita terutama kearah
penyembuhan.
2)
Manfaat
imunomodulator
a)
Pertahanan
Tubuh
Menangkal bahan
berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan jika sel imun yang bertugas untuk
pertahanan ini mendapatkan gangguan atau tidak bekerja dengan baik, maka orang
akan mudah terkena sakit.
b)
Keseimbangan/Fungsi
Homeostatik
Menjaga keseimbangan
dari komponen tubuh.
c)
Perondaan
Sebagian dari sel-sel
imun memiliki kemampuan untuk meronda ke seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel
tubuh yang mengalami mutasi maka sel peronda tersebut akan membinasakannya.
d.
Bentuk
sediaan dan dosis dari imunomodulator
·
Siklosporin
Sediaan intravena
dalam bentuk larutan 50 mg/ml, sediaan oral berupa kapsul lunak 25-100 mg.
·
Takrolimus
Sediaan oral untuk
dewasa 150-200 mg/kg BB/hari, dosis intravena 25-50 mg/kg BB/hari.
·
Siklofosfamid
Dosis berkisar tablet
25 dan 50 mg larutan injeksi intravena 100 mg/vial
·
Mototreksat
Tablet 2,2 mg
e.
Prinsip
kerja dari imunomodulator bekerja dengan cara menstimulasi system pertahanan
natural atau adaptif, seperti contohnya mengaktifkan sitokin yang secara
alamiah akan membantu tubuh dalam memperbaiki system kekebalan tubuh.
f.
Alergi
adalah gangguan yang disebabkan oleh penglepasan IgE dari sel mast T dan
basofil yang terpapar antigen (allergen). Gangguan ini meliputi anafilaksis,
alergi rhinitis, urtikaria, asma dan dermatitis eksimatous (atopic).
g.
Patofisiologi
alergi
IgE berikatan dengan permukaan
sel mast dan basofil melalui reseptor yang berafinitas tinggi. Ikatan tersebut
mengaktifkan sel, kemudian melepaskan dan membentuk mediator-mediator baru
meliputi histamine, prostaglandin, leukotriene(termasuk C4, D4,dan E4,yang
secara keseluruhan dikenal sebagai slow-reactin
substance of anaphylaxis-SRS-A). acyd
hydrolases,neutral proteases,reteoglicans,dan cytokines.mediator-mediator
tersebut menimbulkan kondisi patofisiologi yang terkait dengan
hipersensitivitas seperti vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh
darah, kontraksi otot polos, kemotaksis yang menarik neutrophil dan sel-sel
penyebab inflamasi lainnya.
h.
Tanda
dan Gejala Alergi
1
|
Sistem
Pernapasan
|
Batuk,
pilek, bersin, sesak(astma), napas pendek, wheezing, banyak lendir di saluran
napas atas (mucus bronchial) , rattling dan vibration dada.
|
2
|
Sistem
Pembuluh Darah dan jantung
|
Palpitasi
(berdebar-debar), flushing (muka ke merahan), nyeri dada, pingsan,
tekanan darah rendah, denyut jantung meningkat, skipped beats, hot flashes,
pallor; tangan hangat, kedinginan, kesemutan, redness or blueness of hands; pseudo-heart
attack pain (nyeri dada mirip sertangan jantung); nyeri dada depan,
tangan kiri, bahu, leher, rahang hingga menjalar di pergelangan tangan.
Vaskulitis (sering lebam kebiruan seperti bekas terbentur padahal bukan
terbentur pada daerah lengan atas dan lengan bawah)
|
3
|
Sistem
Pencernaan
|
Nyeri
perut, sering diare, kembung, muntah, sulit berak (konstippasi), sering buang
angin (flatus), mulut berbau, kelaparan, haus, saliva meningkat,
canker sores, sariawan, metallic taste in mouth, stinging tongue, nyeri gigi,
burping (glegekan/sendawa), retasting foods, ulcer symptoms, nyeri ulu hati,
indigestion, mual, muntah, perut terasa penuh, gangguan mengunyah dan
menelan, perut keroncongan, spastic colitis, “emotional colitis,” kolik
kandung empedu gall bladder colic, cramps, diare (mudah buang air besar cair
dan sering), sering buang angin dan besar-besar dan panjang, timbul lendir
atau darah dari rektum, anus gatal atau panas.
|
4
|
Kulit
|
Sering
gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru (seperti bekas
terbentur) bekas hitam seperti digigit nyamuk. Kulit kaki dan tangan kering
tapi wajah berminyak.Sering berkeringat.
|
5
|
Telinga
Hidung Tenggorokan
|
Hidung
: Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis,
tidur mendengkur, mendengus Tenggorok : tenggorokan
nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara parau/serak, batuk pendek
(berdehem), Telinga : telinga terasa penuh/ bergemuruh / berdenging,
telinga bagian dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan
atau normal, gangguan pendengaran hilang timbul, terdengar suara lebih keras,
akumulasi cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan. Pembesaran
kelenjar di sekitar leher dan kepala belakang bawah
|
6
|
Sistem
Saluran Kemih dan kelamin
|
Sering
kencing, nyeri kencing; tidak bisa mengontrol kandung kemih, bedwetting;
vaginal discharge; genitalia gatal/bengkak/kemerahan/nyeri; nyeri bila
berhubungan kelamin
|
7
|
Sistem
Susunan Saraf Pusat
|
Sering
sakit kepala, migrain, short lost memory (lupa nama orang, barang
sesaat), floating (melayang), kepala terasa penuh atau membesar.
Perilaku : Therapy
terapi: impulsif, sering Marah, buruknya perubahan suasana hati (gangguan
mood), kompulsif mengantuk, mengantuk, pusing, bingung, pusing,
ketidakseimbangan, jalannya sempoyongan, lambat, lambat, membosankan, kurang
konsentrasi, depresi, menangis, tegang, marah, mudah tersinggung, cemas,
panik, dirangsang, agresif, overaktif, ketakutan, gelisah, manik, hiperaktif
dengan ketidakmampuan belajar, gelisah, kejang, kepala terasa penuh atau
membesar, sensasi melayang, gangguan memori jangka pendek (short memory
losy), salah membaca atau membaca tanpa pemahaman, variasi ektrim dalam tulisan
tangan, halusinasi, delusi, paranoia, Bicara Gagap, claustrophobia,
kelumpuhan, negara katatonik, disfungsi persepsi, gejala khas keterbelakangan
mental impulsif. Sensitive dan mudah marah, impulsif (bila
tertawa atau bicara berlebihan), overaktif, deperesi, terasa kesepian merasa
seperti terpisah dari orang lain, kadang lupa nomor, huruf dan nama sesaat,
lemas (flu like symtomp)
|
8
|
Sistem
Hormonal
|
Kulit
berminyak (atas leher), kulit kering (bawah leher), endometriosis,
Premenstrual Syndrome, kemampuan sex menurun, Chronic Fatique Symptom (sering
lemas), Gampang marah, Mood swing, sering terasa kesepian, rambut rontok.
Keputihan, jerawat
|
9
|
Jaringan
otot dan tulang
|
Nyeri
tulang, nyeri otot, nyeri sendi: Fatigue, kelemahan otot, nyeri, bengkak,
kemerahan local pada sendi; stiffness, joint deformity; arthritis soreness,
nyeri dada, otot bahu tegang, otot leher tegang, spastic umum, , limping
gait, gerak terbatas
|
10
|
Gigi
dan mulut
|
Nyeri
gigi atau gusi tanpa adanya infeksi pada gigi (biasanya berlangsung dalam 3
atau 7 hari). Gusi sering berdarah. Sering sariawan. Diujung mulut, mulut dan
bibir sering kering, sindrom oral dermatitis.Geraham belakang nyeri sering
dianggap sebagai Tooth Impacted (tumbuh gigi miring)
|
11
|
Mata
|
nyeri
di dalam atau samping mata, mata berair,sekresi air mata berlebihan, warna
tampak lebih terang, kemerahan dan edema palpebra, Kadang mata kabur,
diplopia, kadang kehilangan kemampuan visus sementara, hordeolum (bintitan).
|
i.
Diagnosa
Alergi
Setiap
reaksi alergi dipicu oleh suatu alergen tertentu, karena itu tujuan utama dari
diagnosis adalah mengenali alergen. Alergen bisa berupa tumbuhan musim tertentu
(misalnya serbuk rumput atau rumput liar) atau bahan tertentu (misalnya bulu
kucing, obat atau makanan). Jika bersentuhan dengan kulit atau masuk ke dalam
mata, terhirup, termakan atau disuntikkan, alergen bisa menyebabkan reaksi
alergi
Pemeriksaan bisa membantu menentukan apakah gejalanya berhubungan dengan alergi dan menentukan alergen penyebabnya. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan banyak eosinofil (sejenis sel darah putih yang seringkali meningkat selama terjadinya reaksi alergi). Tes RAS (radioallergosorbent) dilakukan untuk mengukur kadar antibodi IgE dalam darah yang spesifik untuk alergen individual. Hal ini bisa membantu mendiagnosis reaksi alerki kulit, rinitis alergika musiman atau asma alergika.
Tes kulit sangat bermanfaat untuk menentukan alergen penyebab terjadinya reaksi alergi. Larutan encer yang terbuat dari saripati pohon, rumput, rumput liar, serbuk tanaman, debu, bulu binatang, racun serangga, makanan dan beberapa jenis obat secara terpisah disuntikkan pada kulit dalam jumlah yang sangat kecil. Jika terdapat alergi terhadap satu atau beberapa bahan tersebut, maka pada tempat penyuntikkan akan terbentuk bentol (pembengkakan seperti kaligata yang sekelilingnya merah) dalam waktu 15-20menit.
Pemeriksaan bisa membantu menentukan apakah gejalanya berhubungan dengan alergi dan menentukan alergen penyebabnya. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan banyak eosinofil (sejenis sel darah putih yang seringkali meningkat selama terjadinya reaksi alergi). Tes RAS (radioallergosorbent) dilakukan untuk mengukur kadar antibodi IgE dalam darah yang spesifik untuk alergen individual. Hal ini bisa membantu mendiagnosis reaksi alerki kulit, rinitis alergika musiman atau asma alergika.
Tes kulit sangat bermanfaat untuk menentukan alergen penyebab terjadinya reaksi alergi. Larutan encer yang terbuat dari saripati pohon, rumput, rumput liar, serbuk tanaman, debu, bulu binatang, racun serangga, makanan dan beberapa jenis obat secara terpisah disuntikkan pada kulit dalam jumlah yang sangat kecil. Jika terdapat alergi terhadap satu atau beberapa bahan tersebut, maka pada tempat penyuntikkan akan terbentuk bentol (pembengkakan seperti kaligata yang sekelilingnya merah) dalam waktu 15-20menit.
Jika
tes kulit tidak dapat dilakukan atau keamanannya diragukan, maka bisa digunakan
tes RAS. Kedua tes ini sangat spesifik dan akurat, tetapi tes kulit biasanya
sedikit lebih akurat dan lebih murah serta hasilnya bisa diperoleh dengan
segera.
j.
Faktor
yang menyebabkan alergi, yaitu:
1)
Keturunan
Apabila
orang tua memiliki alergi terhadap sesuatu maka berhati-hatilah karena anda
memilki 60% resiko untuk mewarisi penyakit alergi kulit tersebut.
2)
Fisik
Akibat
kelelahan menjadi salah satu akibat munculnya alergi.
3)
Makanan
Alergi
terhadap suatu makanan seringkali terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.
4)
Lingkungan
sekitar
Faktor
lingkungan dapat mengakibatkan alergi terhadap anda yang mudah terkena alergi.
Seseorang dapat mengalami alergi yang ada di sekitar lingkungan seperti debu,
bau cat yang masih basah, asap rokok orang-orang sekitar anda, asap kendaraan.
5)
Cuaca
ekstrim
6)
Spikis
(stress)
k.
Pencegahan
alergi, yaitu:
·
Jagalah kebersihan lingkungan, baik
di dalam maupun diluar rumah. Hal ini termasuk tidak menumpuk banyak barang di
dalam rumah ataupun kamar tidur yang dapat menjadi sarang bertumpuknya debu
sebagai rangsangan timbulnya reaksi alergi.Usahakan jangan memelihara binatang
di dalam rumah ataupun meletakkan kandang hewan peliharaan di sekitar rumah
anda.
· Kebersihan
diri juga harus diperhatikan, untuk menghindari tertumpuknya daki yang dapat
pula menjadi sumber rangsangan terjadinya reaksi alergi.Untuk mandi, haruslah
menggunakan air hangat seumur hidup, dan usahakan mandi sore sebelum PK.17.00′.
Sabun dan shampoo yang digunakan sebaiknya adalah sabun dan shampoo untuk
bayi.Dilarang menggunakan cat rambut.
·
Jangan menggunakan pewangi ruangan
ataupun parfum, obat-obat anti nyamuk. Jika di rumah anda terdapat banyak
nyamuk, gunakanlah raket anti nyamuk.
·
Gunakan kasur atau bantal dari bahan
busa, bukan kapuk.
·
Gunakan sprei dari bahan katun dan
cucilah minimal seminggu sekali dengan air hangat akan efektif.
·
Hindari menggunakan pakaian dari
bahan wool, gunakanlah pakaian dari bahan katun.
·
Pendingin udara (AC) dapat
digunakan, tetapi tidak boleh terlalu dingin dan tidak boleh lebih dari
PK.24.00′
·
Awasi setiap makanan atau minuman
maupun obat-obatan yang menimbulkan reaksi alergi. Hindarilah bahan manakan,
minuman, maupun obat-obatan tersebut. Anda harus mematuhi aturan diet alergi
anda.
·
Temui ahli. Konsultasikan dengan
spesialis. Alergi yang muncul membutuhkan perawatan yang berbeda-beda pada
masing-masing penderita alergi. Mintalah dokter anda untuk melakukan
imunoterapi untuk menurunkan kepekaan anda terhadap bahan-bahan pemicu reaksi
alergi, misalnya: dengan melakukan suntikan menggunakan ekstrak debu rumah atau
dengan melakukan imunisasi Baccillus Calmette Guirine (BCG) minimal sebanyak 3
kali (1 kali sebulan) berturut-turut.
5. TUJUAN
PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
a. Untuk mengetahui defenisi dari
imunomodulator
b. Untuk mengetahui penggolongan
imunomodulator
c. Untuk mengetahui tujuan dan
manfaat dari pemberian imunomodulator
d. Untuk mengetahui bentuk sediaan
dan dosis dari imunomodulator
e. Bagaimanakah prinsip kerja dari
imunomodulator
f. Untuk mengetahui defenisi alergi
g. Untuk mengetahui patofisiologi
alergi
h. Untuk mengetahui tanda dan gejala
alergi
i. Untuk mengetahui cara mendiagnosa
alergi
j. Untuk mengetahui faktor yang
menyebabkan alergi
k. Untuk mengetahui pencegahan
alergi
6.
INFORMASI TAMBAHAN (Problem tree)
7. KLARIFIKASI
INFROMASI
a. Imunitas,
sistem imun, dan reaksi imun.
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama
penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam
resistensi terhadap infeksi disebut dengan sistem imun dan reaksi yang
dikoordinasi sel-sel dan molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya
disebut respon imun.
b. Fungsi
sistem imun
Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan
keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam
lingkungan hidup. Beberapa fungsi sistem imun adalah :
1. Melindungi
tubuh dari invasi penyebab penyakit;
menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit,
jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
2. Menghilangkan
jaringan atau sel yg mati atau rusak
(debris sel) untuk perbaikan jaringan.
3. Mengenali
dan menghilangkan sel yang abnormal.
c. Pembagian
Pertahanan Imun
Pertahanan imun terdiri dari sistem imun alamiah atau
nonspesifik (native/innate) dan didapat atau spesifik (acquired/adaptive).
Mekanisme fisiologik imunitas nonspesifik berupa komponen normal tubuh yang
selalu ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah mikroba masuk ke tubuh
dan dengan cepat menyingkirkan mikroba tersebut. Jumlahnya dapat ditingkatkan
oleh infeksi, misalnya jumlah sel darah putih meningkat selama fase akut pada
banyak macam penyakit. Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap
mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Sistem ini
merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan
dapat memberikan respon langsung. Sistem imun nonspesifik terdiri atas pertahan
fisik / mekanik yaitu kulit, selaput lendir, silia saluran nafas, batuk dan
bersin. Selain pertahanan fisik juga terdapat pertahanan biokimia termasuk
lisozim, sekresi sebaseus, asam lambung, laktoferin, asam neuraminik. Kemudian
pertahanan humoral (komplemen,interferon dan CRP) serta pertahan seluler
(fagositosis, sel NK, sel mast dan basofil).
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk
mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali
muncul dalam badan segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi
sensitisasi sel-sel imun tersebut. Benda asing yang sama bila terpajan ulang
akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan olehnya. Oleh karena itu sistem
ini hanya dapat menyingkirkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka
sistem itu disebut spesifik. Sistem imun spesifik dibagi dua kelompok yaitu
sistem imun humoral, sel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba
ekstraseluler dan sistem imun seluler dimana sel T akan mengaktifkan mikroba
atau mengaktifkan sel Tc (Tcytotoxic) untuk membunuh sel yang terinfeksi.
d. Gangguan Sistem imu
Terdapat beberapa gangguan dalam
sistem imun, antara lai adalah :
1)
Lack of response (imunodefisiensi) contoh: AIDS,
leukemia
2)
Incorrect response (peny. autoimun) contoh: DM tipe I,
miastenia gravis, multiple sclerosis;penyakit Graves.
3)
Overactive response (alergi/ hipersensitivitas) contoh:
asma, rhinitis allergic, rx transfusi
Gangguan dari sistem imun
tersebut menyebabkan, makin berkembangnya pengetahuan tentang respon
imun tubuh dalam menghadapi infeksi maupun penyakit lain. Sehingga makin
berkembang pula penelitian mengenai komponen yang dapat mempengaruhi respon
imun tersebut. Salah satu contohnya adalah imunomodulator.
e. Imunomodulator
dan pembagiannya
Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan
dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang
fungsinya berlebihan. Imunodulator adalah senyawa / zat yang membantu
memodulasi / meregulasi sistim imun. Regulasi adalahproses
menormalkan/mengoptimalkan (sistim imun).
Obat yang meregulasi sistem imun, bekerja menurut 3
(tiga) cara, yaitu Imunorestorasi
(mengembalikan), meningkatkan (imunostimulan), dan menekan
(imunosupresan).
1) Imunorestorasi
Ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem
imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun, seperti:
immunoglobulin dalam bentuk Immune Serum Globulin (ISG), Hyperimmune Serum
Globulin (HSG), plasma, plasmapheresis, leukopheresis, transplantasi sumsum
tulang, hati dan timus.
ISG dan HSG diberikan untuk memperbaiki fungsi sistem
imun pada penderita dengan defisiensi imun humoral, baik primer maupun
sekunder. ISG dapat diberikan secara intravena dengan aman. Defisiensi
imunoglobulin sekunder dapat terjadi bila tubuh kehilangan Ig dalam jumlah
besar, misalnya pada sindrom nefrotik, limfangiektasi intestinal, dermatitis
eksfoliatif dan luka bakar.
Infus plasma segar telah diberikan sejak tahun 1960
dalam usaha memperbaiki sistem imun. Keuntungan pemberian plasma adalah semua
jenis imunoglobulin dapat diberikan dalam jumlah besar tanpa menimbulkan rasa
sakit.
Plasmapheresis (pemisahan sel darah dari plasma)
digunakan untuk memisahkan plasma yang mengandung banyak antibodi yang merusak
jaringan atau sel, seperti pada penyakit: miastenia gravis, sindroma
goodpasture dan anemia hemolitik autoimun.
Pemisahan leukosit secara selektif dari penderita
telah dilakukan dalam usaha terapi artritis reumatoid yang tidak baik dengan
cara-cara yang sudah ada.
2) Imunostimulasi
Imunostimulasi yang disebut juga imunopotensiasi
adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang
merangsang sistem tersebut. Biological Response Modifier (BRM) adalah
bahan-bahan yang dapat merubah respons imun, biasanya meningkatkan. Bahan yang
disebut imunostimulator itu dapat dibagi sebagai berikut :
a) Hormon
Thymus
Sel
epitel timus memproduksi beberapa jenis homon yang berfungsi dalam pematangan
sel T dan modulasi fungsi sel T yang sudah matang. Ada 4 jenis hormon timus,
yaitu timosin alfa, timolin, timopoietin dan faktor humoral timus. Semuanya
berfungsi untuk memperbaiki gangguan fungsi imun (imunostimulasi non-spesifik)
pada usia lanjut, kanker, autoimunitas dan pada defek sistem imun
(imunosupresi) akibat pengobatan. Pemberian bahan-bahan tersebut jelas
menunjukkan peningkatan jumlah, fungsi dan reseptor sel T dan beberapa aspek
imunitas seluler. Efek sampingnya berupa reaksi alergi lokal atau sistemik.
b) Limfokin
Disebut
juga interleukin atau sitokin yang diproduksi oleh limfosit yang diaktifkan.
Contohnya ialah Macrophage Activating Factor (MAF), Macrophage Growth Factor
(MGF), T-cell Growth Factor atau Interleukin-2 (IL-2), Colony Stimulating
Factor (CSF) dan interferon gama (IFN-γ). Gangguan sintetis IL-2 ditemukan pada
kanker, penderita AIDS, usia lanjut dan autoimunitas.
c) Interferon
Ada
tiga jenis interferon yaitu alfa, beta dan gama. INF-α dibentuk oleh leukosit,
INF-β dibentuk oleh sel fibroblas yang bukan limfosit dan IFN-γ dibentuk oleh
sel T yang diaktifkan. Semua interferon dapat menghambat replikasi virus DNA
dan RNA, sel normal dan sel ganas serta memodulasi sistem imun.
d) Antibodi
monoklonal
Diperoleh
dari fusi dua sel yaitu sel yang dapat membentuk antibodi dan sel yang dapat
hidup terus menerus dalam biakan sehingga antibodi tersebut dapat dihasilkan
dalam jumlah yang besar. Antibodi tersebut dapat mengikat komplemen, membunuh
sel tumor manusia dan tikus in vivo.
e) Transfer
factor / ekstrak leukosit
Ekstrak
leukosit seperti Dialysed Leucocyte Extract dan Transfer Factor (TF) telah
digunakan dalam imunoterapi. Imunostimulasi yang diperlihatkan oleh TF yang
spesifik asal leukosit terlihat pada penyakit seperti candidiasis mukokutan
kronik, koksidiomikosis, lepra lepromatosa, tuberkulosis, dan vaksinia
gangrenosa.
f) Lymphokin-Activated
Killer (LAK) cells
Adalah
sel T sitotoksik singeneik yang ditimbulkan in vitro dengan menambahkan sitokin
seperti IL-2 ke sel-sel seseorang yag kemudian diinfuskan kembali. Prosedur ini
merupakan imunoterapi terhadap keganasan.
g) Bahan
Asal Bakteri
- BCG
(Bacillus Calmette Guerin), memperbaiki produksi limfokin dan mengaktifkan sel
NK dan telah dicoba pada penanggulangan keganasan (imuno-stimulan
non-spesifik).
- Corynebacterium
parvum (C. parvum), digunakan sebagai imunostimulasi non-spesifik pada
keganasan.
- Klebsiella
dan Brucella, diduga memiliki efek yang sama dengan BCG.
- Bordetella
pertusis, memproduksi Lymphocytosis Promoting Factor (LPF) yang merupakan
mitogen untuk sel T dan imunostimulan.
- Endotoksin,
dapat merangsang proliferasi sel B dan sel T serta mengaktifkan makrofag.
h) Bahan
asal jamur
Berbagai
bahan telah dihasilkan dari jamur seperti lentinan, krestin dan schizophyllan.
Bahan-bahan tersebut merupakan polisakarida dalam bentuk beta-glukan yang dapat
meningkatkan fungsi makrofag dan telah banyak digunakan dalam pengobatan kanker
sebagai imunostimulan non-spesifik.5 Penelitian terbaru menemukan jamur Maitake
(Grifola frondosa) yang mengandung beta-glukan yang lebih poten sebagai
imunostimulan pada pasien dengan HIV-AIDS, keganasan, hipertensi dan kerusakan
hati (liver ailments).
8. MIND MAPPING
9. DAFTAR PUSTAKA
Handayani,
Gemmy Nastity. 2010. Imunodulator. UIN Alauddin Makassar. pdf
J
Peny Dalam, 2007. Chronic Hepatitis B And
C Case With Mutation Of Gene P53 Codone 249 In The Liver Tissue Volume 8
Nomor 2. Pdf
Pangkalan
ide. 2008. Dark chocolate healing. Jakarta : PT Elex Media .
Rino
A Gani, Dr, SpPD-KGEH Divisi Hepatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo. Pdf
Anonim.2007.Farmakologi dan
Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapi , Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hal
757-766.
Mohamed
Labib Salem.2005.Review: Immunomodulatory
and therapeutic properties of the Nigella sativa L. seed. International
Immunopharmacology 5 (2005) 1749–1770
Swamy
S.M.K dan B.K.H. Tan. 2000.Immunomodulatory and therapeutic properties of the Nigella sativa L.
seed. Journal of Ethnopharmacology 70 (2000) 1–7
Widianto
B Matildha. 1987. Immnomodulator. Jurusan Farmasi Institute Teknologi Bandung. Majalah Cermin Dunia Kedokteran.
Halaman 44-46
Varalakshmi
Ch,et al. 2008. Immunomodulatory effects of curcumin: In-vivo. International
Immunopharmacology (2008) 8, 688–700.
Charul., Praptiwi. 2012. Uji Efektivitas ImunomodulatorTiga Jenis
Zingiberaceae Secara In-Vitromelalui Pengukuran Aktivitas Sel Makrofage dan
Kapasitas Fagositosis. Jurnal Pusat Biologi LIPI, 2012.
Fraudenstein, J., Teuscher, E.,
Lindequst, U., Bodinet, C. 2002. Effect Of An Orally Applied Herbal
Immunomodulator On Cytokine Induction And Antibody Response In Normal And
Immunosuppressed Mice. Phytomedicine. Volume
9, Nomor 7.
Hadisaputro, S. 2001. Managemen
Penyakit Infeksi Perkembangan Baru Antibiotika dan Imunostimulan. Simposium Mini Managemen Infeksi.
Semarang, 10 Maret 2001.
Heinrich, Michael., 2009.Farmakognosi
dan Fitoterapi. Jakarta. EGC.
James B. Hudson, 2012,
Applications of the Phytomedicine Echinacea purpurea (Purple Coneflower)
In Infectious Diseases. Journal Of Biomedicine and Biotechnology Volume
16, 2012.
Roy, Anitha., R.V. Geetha., T,
Lakshmi. 2012. A Review On Nature’s Immune Booster. Review Artikel. Volume 13,
Nomor1, March – April 2012.
Zhong, Xiuhui., Wang, Men., MA,
Aituan., Niu, Xiaoei., Shi, Wahyu. 2009. Effects Of Echinaceapurpurea Extract On The Immunological Response To
Infectious Bursal Disease Vaccine In Broilers. Research Article. Volume 3,
Nomor 4
ROLE
PLAY
Pasien : Assalamualaikum, Selamat
Siang
Farmasis :
Walaikum salam, silahkan masuk Pak, ada yang bisa saya
bantu?
Pasien : Begini Pak, saya punya
masalah mengenai gatal di daerah
tangan saya seperti ini. (sambil
memperlihatkan tangan)
Farmasis :
ApakahBapak sudah memperiksakannya ke dokter?
Pasien : belum pak, saya kemari
mau konsultasi masalah
pengobatannya karena saya pikir akan membaik
sendiri
namun 2 hari ini tidak ada perubahan dan saya
rasa belum
belum merasa perlu ke dokter.
Farmasis :
kalau boleh saya tau, apakah Bapak alergi sesuatu?
Pasien :
saya rasa tidak, tapi 3 hari yang lalu, saat saya melakukan
perjalanan dinas saya mengkonsumsi kepiting
saus tiram
saat jamuan makan.
Farmasis : terus apakah itu saja Pak?
Pasien
: Saat saya naik kendaraan saya
meminum antimo karena
saya adalah orang yang sering mabok
perjalanan.
Farmasis : oh, baiklah Pak. Kalau boleh saya sarankan anda perlu untuk
meminum obat ini (sambil memperlihatkan Cetirizine)
Pasien :
Kalau saya boleh tahu, ini obat apa?
Farmasis : oh, ini obat alergi. Ini dapat menyembuhkan alergi atau
ruam di tangan anda. Karena ini bisa saja
disebabkan oleh
alergi makanan, terutama makanan laut yang
berprotein
tinggi seperti kepiting.
Pasien
: Bagaimana cara meminum obat ini?
Farmasis :
caranya yaitu, dengan dosis 1 kali sehari sebelum makan
sekitar siang dan malam. Tetapi bapak tidak
boleh
membawa kendaraan saat setelah meminum obat
ini,
dikarenakan obat ini dapat menyebabkan rasa
kantuk.
Pasien
: bagaimana kalau saya akan
melakukan perjalanan dinas
lagi?
Farmasis :
Bapak tetap boleh meminum antimo, tetapi obat ini
diminum sekitar 5 jam setelah bapak meminum
antimo.
Tapi setelah ruam di kulit Bapak telah
sembuh, Bapak
harus menghentikan penggunaan obat ini. Dan
jika masih
terjadi ruam, saya sarankan untuk segera ke
dokter
mengkonsultasikan penyakitr anda.
Pasien :
Terima Kasih atas bantuan bapak. Ini pembayaran
obatnya.
Farmasis : Baik, sama-sama Pak senang bisa membantu.
Pasien
: Wassalamu’ Aalaikum.
Farmasis :
Wa’alaikum Salam…
KASUS
Bapak
Reno umur 28 tahun mengeluhkan timbulnya rash pada kulit dibeberapa tempat dan
rasa gatal yang tidak sembuh jika digaruk. Karena pasien belum perlu ke dokter
maka dia kemudian memutuskan untuk berkonsultasi mengenai hal ini di apotek.
Dari hasil wawancara singkat antara Farmasis dan pasien diketahui bahwa pasien
sebelumnya mengkonsumsi kepiting saus tiram pada acara jamuan. Beliau akan
bepergian ke luar kota dan baru saja mengkonsumsi antimo sebelum naik kendaraan
sebagai rekomendasi. Kemudian, pasien diberi Cetirizine 10 mg 1x1 sebagai obat dari
rasa gatal yang diderita.
1. Klarifikasi Kata Sulit dan Kata
Kunci
·
Rash adalah ruam pada kulit yang
ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah di kulit.
2. Kata/ Problem Kunci
·
Rash pada kulit
·
Rasa gatal
·
Kepiting saus tiram
3. Pertanyaan-Pertanyaan Penting
1.
Apa-apa
saja yang menjadi gambaran klinis bahwa pasien menderita alergi?
2.
Bagaimana
patofisiologi dari alergi?
3.
Bagaimana
cara penatalaksanaan alergi?
4. Jawaban
1.
Gambaran
klinis
·
Timbulnya
rush (ruam) pada kulit
·
Rasa
gatal yang tidak sembuh jika digaruk
·
Sebelumnya
mengkonsumsi kepiting saus tiram
2.
Patofisiologi
alergi
IgE berikatan dengan
permukaan sel mast dan basofil melalui reseptor yang berafinitas tinggi. Ikatan
tersebut mengaktifkan sel, kemudian melepaskan dan membentuk mediator-mediator
baru meliputi histamine, prostaglandin, leukotriene(termasuk C4, D4,dan E4,yang
secara keseluruhan dikenal sebagai slow-reactin
substance of anaphylaxis-SRS-A). acyd
hydrolases,neutral proteases,reteoglicans,dan cytokines.mediator-mediator
tersebut menimbulkan kondisi patofisiologi yang terkait dengan
hipersensitivitas seperti vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh
darah, kontraksi otot polos, kemotaksis yang menarik neutrophil dan sel-sel
penyebab inflamasi lainnya.
3.
Penatalaksanaan
·
Obat-obatan
Antihistamin dapat
dipakai Chlortrimetan 2-4 mg/hari atau antihistamin lain.
Obat-obatan golongan
adrenergik/ epinephrine 1/1000 0,3 cc/ subkutan : bila timbul reaksi
anafilaktik.
Dapat diberi
kortikosteroid, prednisone 5 mg 3x1-2 tablet/ hari, kemudian dosis diturunkan.
5. Tujuan Pembelajaran Selanjutnya
a.
Untuk
mengetahui gambaran klinis alergi
b.
Untuk
mengetahui patofisiologi dari alergi
c.
Untuk
mengetahui penatalaksanaan alergi
6. Informasi Tambahan
Penggunaan obat sudah rasional karena Cetirizine
merupakan golongan antihistamin 1 generasi baru yng efektivitasnya sebanding
dengan generasi lama serta efek mengantuknya lebih ringan dan juga obat ini
tidak memiliki interaksi dengan Antimo (Dimenhidrat).
7. Klarifikasi Informasi
R/
Cetirizine 10 mg 1x1 hari
8. Analisa dan Sintesis Informasi
Ada beberapa laporan terjadinya efek samping ringan
dan sementara, misalnya:
a.
Kekeringan
pada mulut, hidung dan tenggorokan
b.
Pusing
c.
Penglihatan
kabur
d.
Mimpi
buruk
e.
Sakit
perut
f.
Penelitian
dengan ukuran objektif tidak menunjukkan adanya pada fungsi kognitif, kinerja
motoric atau mengantuk. Walaupun demikian, adanya efek terhadap system syaraf
pusat telah diamati pada beberapa individu penderita, karenanya hati-hati bila mengendarai mobil atau
mengoperasikan mesin.
Terimakasih untuk artikelnya, sangat informatif... Semoga sidang saya lancar, amiin. Sekali lagi terimakasih
BalasHapusMantap penjelasan tentang imunomodulatornya. Sangat suka di bagian mindmapnya. Keren banget. Oh iya, stimuno juga merupakan imunomudulator yang memperbaiki sistem imun tubuh.
BalasHapus